MAKALAH
PSIKOLOGI AGAMA
KONVERSI AGAMA
JURUSUN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
hidup di dunia tidak lepas dari masalah kehidupan. Ada yang bahagia,
maupun menderita, dan ada yang miskin dan adapula yang kaya. Dari
perbedaan masalah tersebut terkadang menyebabkan seseorang mengalami
kegoncangan batin, bahkan terkadang merasa putus asa. Untuk itu manusia
akan mencoba atau berusaha untuk mencari pegangan atau ide baru, dimana
disitu dia bisa merasakan ketenangan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONVERSI AGAMA
Secara
etimologis, pengertian konversi berasal dari kata “conversion” yang
berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata tersebut
dipakai dalam kata Inggris conversion yang mengandug pengertian: berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion to another).
Berdasarkan
arti kata-kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa konversi agama
mangandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian
terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Secara terminologis, tentang definisi konversi agama dapat dikemukakan beberapa pendapat antara lain:
1. Max
Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu system
kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2. Walter
Houston Clark dalam bukunya The Psychology of Religion memberikan
definisi bahwa konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau
perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup
berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan
lebih tegas lagi konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi
yang tiba-tiba ke arah mendapat Hidayah Allah secara mendadak telah
terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin
pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Konversi
agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat
ia berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan antara lain :
1. Perubahan arah pandanagan dan keyakinan seseorang terhadap agama yang dianutnya.
2. Perubahan dipengarhi kondisi kejiwaan baik secara berproses atau secara mendadak.
3. Selain
perpindahan kepercayaan atau agama juga perubahan pandangan terhadap
agama yang dianutnya. Boleh jadi dari lemah menjadi kuat atau
sebaliknya.
4. Selain factor kejiwaan dan kondisi lingkungan, perubahan disebabkan factor petunjuk Tuhan (hidayah).
B. PROSES KONVERSI AGAMA
Konversi
Agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses
konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah
gedung. Demikian pula seseorang yang mengalami proses konversi agama
ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola
tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama), maka
setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula lama
ditinggalkan sama sekali.
Ketenangan
batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu
memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang dipilih
tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya. Sehingga ia merupakan
pegangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai
hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka harus
bersedia untuk membuktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan
yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya itu berupa ikut
berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran
pandangan hidup itu, semakin tinggi pula nilai bakti yang berikutnya.
Sebenarnya
sukar untuk menentukan satu garis, atau satu rentetan proses yang
akhirnya membawa kepada keadaan keyakinan yang berlawanan dengan
keyakinannya yang lama. Proses ini berbeda antara satu orang dengan
lainnya, karena disebabkan beberapa factor, antara lain:
1. Perbedaan perkembangan psikis seseorang
2. Pengalaman dan pendidikan agama yang diterimanya sejak kecil
3. Lingkungan dimana ia hidup atau suasana yang mempengaruhi ia hidup
4. Pengalaman terakhir yang menjadi puncak konversi itu sendiri
5. Selanjutnaya apa yang terjadi pada hidupnya sesudah terjadinya konversi tersebut.
Memang
proses yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi, berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya, berlainan sebab yang mendorongnya
dan bermacam pula tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya
saja dan ada pula yang mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang
sangat menonjol sampai kepada perjuangan mati-matian.
Starbuck membagi 2 tipe proses terjadi konversi agama:
1. Tipe volitional (perubahan bertahap)
Konversi
agama tipe ini terjadi secara berproses dan bertahap, sehingga menjadi
seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru.
2. Tipe self-surender (perubahan drastis)
Konversi
agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang
yang tidak mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah
pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
M.T.L Penido berpendapat, bahwa konversi agama mengandung 2 unsur yaitu :
1. Unsur dari dalam diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok.
2. Unsur dari luar diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dari luar diri atau kelompok.
Kedua
unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif
berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin
kepada yang bersangkutan.Jadi, disini terlihat adanya pengaruh motivasi
dari unsur tersebut terhadap batin.
Seiring
dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan
total dalam struktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan
digantikan dengan yang baru sebagai hasil pilihan yang dianggap benar.
Dalam hal ini Dr. Zakiah Drajat memberikan pendapatnya bahwa proses kejiwaan dapat terjadi melalui 5 tahap yaitu :
1. Masa Tenang
Masa dimana kondisi jiwa seseorang masih berada dalam keadaan tenang. Sebab masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
2. Masa Ketidaktenangan
Masa
ini jiwa seseorang telah dipengaruhi oleh masalah agama. Ini dapat
disebabkan karena suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang
dialaminya. Sehingga menimbulkan kegoncangan dalam batinnya dan
menyebabkan seseorang menjadi putus asa, gelisah dan bimbang. Dan pada
masa inilah timbul proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru
untuk mengatasi masalah batinnya.
3. Masa Konversi
Disaat
seseorang mengalami masalah kemudian menemukan hal baru atau
kepercayaan baru sehingga konflik batin yang dialaminya mengalami
keredaan. Karena dengan kemantapan batin yang berupa kemampuan
menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun
timbulnya rasa pasrah. Bagi dirinya hal ini memberikan makna bisa
menciptakan ketenangan batin dan bisa menerima kondisi yang dialaminya.
Sebagai petunjuk dari Allah SWT. Dan ini dilandaskan atas suatu
perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan
sebelumnya. Sehingga terjadilah konversi agama.
4. Masa Tenang dan Tentram
Masa
inilah masa kepuasan bagi seseorang terhadap keputusan yang sudah
diambil. Itu timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi
mantap sebagai pernyataan dalam menerima konsep baru.
5. Masa Ekspresi Konversi
Seseorang
yang telah menemukan kepercayaan baru dan menjadikannya sebagai pedoman
dalam hidupnya, maka dia akan memulai konsep baru dari ajaran
kepercayaan yang telah diyakininya tersebut, maka sikap hidupnya pun
mulai diselaraskan dengan ajaran dan peraturan dari agama yang dipilih
tersebut.
Diawal-awal
terjadinya perubahan itu, setiap diri merasakan kegelisahan batin sulit
untuk menentukan secara spontan mana yang harus diikuti.
Kesulitan
seperti itu adalah wajar, karena agama sebagai keyakinan menyangkut
sisi-sisi kehidupan batin seseorang yang berkaitan dengan nilai.
Bagi
manusia nilai adalah suatu yang dianggap benar dan menyangkut pandangan
hidup. Oleh karena itu, selain peka, nilai juga merupakan sesuatu yang
perlu dipertahankan oleh seseorang. Bahkan, pada tingkat yang paling
tinggi pemeluk keyakinan itu akan rela mempertaruhkan nyawa, demi
mempertahankan nilai itu.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KONVERSI AGAMA
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan factor yang menjadi pendorong konversi:
1. Menurut
para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong
terjadinya konversi agama adalah petunjuk dari Allah SWT dan pengaruh
supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi
agama pada diri seseorang atau kelompok.
2. Sedangkan
menurut para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan
terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang
mendorong terjadinya konversi itu sendiri terdiri dari adanya berbagai
faktor yang mendukung antara lain :
a. Pengaruh
hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun
nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan yang
lain).
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin.
Maksudnya
pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah
kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga ia menjadi terbiasa.
c. Pengaruh anjuran atau propoganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya : keluarga, karib dan sebagainya.
d. Pengaruh yang berasal dari pemimpin keagamaan.
Ini
bisa disebabkan karena terjalinnya hubungan yang baik dengan pemimpin
agama. Ini pun bisa menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya
konversi agama.
e. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
f. Pengaruh kekuasaan pemimpin.
Yaitu
pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat
umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau
raja mereka (Culus Regio Illius est Religio).
3. Para
ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya
konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor
intern maupun ekstern. Apabila faktor-faktor tersebut telah mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang hingga menimbulkan semacam gejala
tekanan batin, dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis
kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga
mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan
jiwa yang terang dan tenteram.
William James mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konversi agama antara lain :
· Konversi
agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat
kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam
bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
· Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
· Konversi agama dapat terjadi oleh 2 faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
a. Kepribadian
W.
James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan
perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama
dalam dirinya.
b. Pembawaan
Menurut
penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan
kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan
kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan
batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya
sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi
terjadinya konversi agama.
2. Faktor Ekstern
a. Keluarga
Terjadinya
ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian,
kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan
pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang
mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya
untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang
menimpa dirinya.
b. Lingkungan
Seseorang
yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di
suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia
mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar
kegelisahan batinnya bisa hilang.
c. Perubahan Status
Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi
agama. Apalagi perubahan itu terjadi secara mendadak. Seperti
perceraian atau kawin dengan orang yang berlainan agama.
d. Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
4. Dan para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah kondisi pendidikan.
D. CONTOH KONVERSI AGAMA
1. Diceritakan
oleh Drs. Efendi Zarkasi tentang seorang pemuda Tinghoa tinggal di
Keramat Jati masuk Islam. Waktu ditanya pak Efendi mengapa ia masuk
islam, ia menjawab karena di dekat rumahnya ada masjid ia tertarik
karena menjelang subuh suatu hari bedug di masjid itu dibunyikan. Ia
tertarik masuk islam karena terdengar bunyi bedug.
2. Dr.
Abdul Karim Germanus seorang orientalis, mempelajari islam sejak
menjelang usia akil baliq. Masalahnya dia membuka-buka lembaran majalah
bergambar terbitan lama, berbagai kejadian baru,cerita fiktif dari
beberapa negeri jauh. Ia membolak-balik perhalaman tanpa perhatian
seruis. Tetapi tiba-tiba matanya tertumbuk pada ukiran kayu berbentuk
rumah beratap datar dan di sana sini dan di selang selingi kubah-kubah
bundar menjulang langit yang gelap gulita, dimana secercah cahaya bulan
terbit tampak indahnya. Di atas sudah satu atap itu kelihatan beberapa
orang duduk barisan-barisan yang teratur mengenakan pakaian yang indah
coraknya. Kejadian inilah menyebabkan Abdul Karim Germanus mempelajari
islam lebih giat dan akhir orientalisnya dia masuk islam. Jadi ini
pertama kali tersentuk dakwah bukan lantaran ceramah atau pidato, tetapi
melalui kekaguman terhadap hasil seni lukis.
BAB III
KESIMPULAN
Konversi agama adalah berpindahnya kepercayaan seseorang dari yang lama
ke kepercayaan yang baru. Ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Intern
Ø Kepribadian
Ø Pembawaan
2. Faktor Ekstern
Ø Keluarga
Ø Lingkungan
Ø Perubahan Status
Ø Kemiskinan
Dalam proses terjadinya konversi agama terjadi dalam 5 tahap antara lain :
1. Masa Tenang
2. Masa Ketidaktenangan
3. Masa Konversi
4. Masa Tenang dan Tentram
5. Masa Ekspresi Konversi
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada
Baharuddin dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama Dalam Prespektif Islam. Malang: UIN-Malang Press
Syamsul Arifin, Bambang. Psikologi Agama. 2008. Bandung: CV. Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar